Liverpool menyimpan banyak cerita dan sejarah. Tidak hanya sepak bola, kota pelabuhan itu juga dikenal karena musiknya lewat kebesaran yang diberikan The Beatles.
Sampai saat ini The Beatles menjadi daya tarik. Jika ada yang tidak mengenal Liverpool sebagai klub sepak bola, mereka pasti mengetahuinya sebagai kota asal The Beatles.
Bahasa juga menjadi kekayaan wilayah Merseyside. Orang-orang di sana tentu menggunakan bahasa Inggris. Namun, mereka dianugerahi aksen khas yang tak ada di tempat lain.
Aksen itu dikenal dengan sebutan Scouse. Secara pelafalannya ada beberapa kata yang diucap berbeda dengan bahasa Inggris pada umumnya. Maka tak heran jika mereka lebih senang disebut sebagai Scouser daripada orang Inggris.
Tidak jarang, sulit bagi orang-orang luar Britania Raya yang mengerti ucapan mereka. Salah satunya adalah Andriy Voronin. Dia salah satu legenda sepak bola Ukraina yang pernah memperkuat The Reds 2007 silam.
Andriy Voronin Tidak Mengerti Bahasa Liverpool
Voronin tidak terlalu mahir bahasa Inggris. Namun, untuk sekadar berbicara dengan orang lain dia bisa melakukannya. Masalahnya, ketika bahasa Inggrisnya tidak terlalu lancar, ia dihadapkan dengan aksen Scouse yang sulit dimengerti.
Bahkan ada beberapa momen yang membuat Andriy Voronin merasa bodoh ketika mendengar orang-orang berbicara dengan aksen Scouse.

Salah satunya ketika dia mendengar dua legenda Liverpool, Steven Gerrard dan Jamie Carragher mengobrol. Voronin tidak mengerti sama sekali dengan ucapan keduanya.
Bukan satu atau dua kata yang tidak dimengerti. Semua kalimat yang keluar dari mulut Gerrard dan Carragher tidak ada yang dipahami eks bomber Bayer Leverkusen.
Tidak jarang pula dia meminta mereka mengulang apa yang dikatakan. “Saya hampir tidak mengerti apa-apa. Bahasa Inggris saya juga tidak bagus. Ketika Carragher dan Gerrard berbicara saya selalu meminta mereka untuk mengulangnya dalam bahasa Inggris,” kenangnya kepada Goal.
Liverpool Tidak Cocok untuk Voronin
Bukan perkara mudah menjadi pendatang. Apalagi di negara berbeda dengan bahasa yang berbeda pula. Voronin merasakan betul ketidakcocokannya dengan kota Merseyside.
Aksen berbeda penduduk Liverpool bukan satu-satunya cobaan. Dia dibuat tidak betah dengan suasana kota sekali pun penggemar berat The Beatles.
Cuaca juga masalah lain untuk Voronin selama di Inggris. Hujan yang kerap turun membuat adaptasinya semakin terasa berat.
“Saya tidak cocok dengan kota tersebut. Tentu banyak sejarah untuk ditawarkan, salah satunya The Beatles. Ayah saya penggemar berat Beatles. Ketika saya bilang padanya pindah ke sini dia menangis,” ia menambahkan.